Maluku Utara Ditetapkan Jadi Pusat Rempah Dunia, Indonesia Siap Rebut Pasar Global

Maluku Utara Ditetapkan Jadi Pusat Rempah Dunia, Indonesia Siap Rebut Pasar Global

Maluku Utara Ditetapkan Jadi Pusat Rempah Dunia--

 

 

MALUKUUTARA.DISWAY.ID - Pemerintah pusat menegaskan fokus utama pengembangan sektor perkebunan, khususnya rempah-rempah, di Maluku Utara untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai poros perdagangan rempah dunia.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan dengan tegas bahwa Maluku Utara akan menjadi episentrum sentra rempah dunia, sekaligus bagian utama dalam strategi hilirisasi pertanian nasional.

Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Hilirisasi Perkebunan Provinsi Maluku Utara di Ternate, Senin, 28 Oktober 2025), bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Amran mengingatkan Maluku Utara dan sekitarnya pernah menjadi magnet para bangsa asing seperti Portugis dan Belanda karena rempah-rempah berkualitas seperti pala, cengkeh, dan kelapa.

Kini, melalui industrialisasi dan hilirisasi, pemerintah ingin menghidupkan kembali peranan strategis itu dalam konteks ekonomi modern.

“Maluku Utara harus memimpin pasar rempah dunia, memberikan nilai tambah yang besar untuk rakyat,” jelasnya.

BACA JUGA:JOSS! Kelapa Maluku Utara Kuasai Pasar Tiongkok

BACA JUGA:Polda Maluku Utara Gelar Gerakan Pasar Murah Plus Cek Kesehatan Gratis

Investasi Rp371 Triliun Perkuat Hilirisasi Sektor Perkebunan

Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah menyiapkan dana sebesar Rp371 triliun untuk pengembangan hilirisasi pertanian. Khususnya perkebunan strategis.

Dana ini akan diprioritaskan bagi daerah yang aktif dan serius dalam pengembangan nilai tambah.

“Kalau daerah serius, kami suntik dana besar. Jika daerah pasif, kemajuan tidak bisa dicapai,” tegas Amran.

Sebagai bagian dari program nasional 14 komoditas perkebunan strategis, Maluku Utara akan menambah luas tanam kelapa dari 10 ribu hektare menjadi 15 ribu hektare.

Program yang diprediksi bisa menyerap hingga 8,6 juta pekerja ini hadir dengan dukungan bibit unggul, alat produksi canggih, dan pembinaan mulai dari hulu hingga hilir.

Mentan mengemukakan nilai ekspor kelapa Indonesia saat ini sudah mencapai Rp24 triliun. Namun, potensi nilai tambah bisa melonjak hingga Rp2.400 triliun apabila kelapa diolah menjadi produk turunan seperti santan dan coconut milk.

“Dunia beralih ke produk kelapa, susu digantikan coconut milk. Indonesia dan Filipina satu-satunya produsen utama kelapa,” ucapnya.

Selain itu, dibutuhkan percepatan pembangunan pabrik pengolahan pala dan cengkeh agar nilai ekonomi lokal meningkat drastis.

“Tidak cukup hanya kirim bahan mentah. Satu pabrik pala bisa tingkatkan nilai ekonomi 100 kali lipat,” terangnya.

Sementara itu, Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, menyampaikan penghargaan dan dukungan penuh kepada Kementerian Pertanian karena perhatian besar dalam hilirisasi perkebunan daerahnya.

Sherly menegaskan kesiapan provinsi mengoptimalkan lahan tidur guna menambah pabrik pengolahan sehingga produktivitas meningkat dan kesejahteraan petani semakin terlindungi.

“Kami siap mendukung visi pemerintah pusat menjadikan Maluku Utara sebagai pusat rempah dan industri kelapa modern,” tegas Sherly.

BACA JUGA:BI Malut Dorong UMKM Lokal Tembus Pasar Nasional

BACA JUGA:Kopi Liberika Bacan Maluku Utara: Warisan Bersejarah Berusia 100 Tahun yang Mengguncang Pasar Dunia!

Sumber: