MALUKUUTARA.DISWAY.ID - Provinsi Maluku Utara menorehkan rekor baru pada semester pertama 2025. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Maluku Utara Januari–Juni 2025 mencapai USD6,85 miliar (setara Rp112,9 triliun), melonjak tajam sebesar 37,70 persen.
Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya membukukan USD4,97 miliar (Rp82 triliun). Catatan ini menandai pertumbuhan paling agresif di kawasan timur Indonesia.
Eksplorasi sumber daya alam Maluku Utara semakin masif, terbukti dari dominasi ekspor besi dan baja (HS 72) yang menyumbang mayoritas dengan nilai USD4,47 miliar.
Sektor nikel (HS 75) tak kalah garang, membukukan USD2,03 miliar. Sementara bahan kimia anorganik (HS 28) melengkapi tiga besar, di angka USD272,78 juta. Ketiganya berkontribusi hingga 98,93 persen dari total nilai ekspor provinsi ini.
Tak hanya itu, komoditas kayu dan barang hasil olahan kayu (HS 44) secara persentase mengalami lonjakan tertinggi tahun ini dengan peningkatan hingga 168,75 persen, menandai diversifikasi ekonomi ke sektor non-tambang.
Tiongkok mendominasi sebagai negara tujuan utama ekspor Maluku Utara, menyerap USD6,59 miliar (96,16 persen).
Jepang, India, Belanda, Taiwan, serta Korea Selatan masing-masing mengikuti dengan porsi lebih kecil, di bawah dua persen.
Hal ini sekaligus menegaskan ketergantungan pada pasar Asia Timur sebagai motor penggerak ekspor provinsi ini.
BACA JUGA:Ekspor Perikanan Malut Melejit, Catat Rp77 Miliar di Semester I 2025
BACA JUGA:Maluku Utara Cetak Rekor Ekspor Rp95 Triliun, Dominasi Komoditas Besi dan Baja
Ekspor Melalui Pelabuhan Luar Provinsi
Sebagian ekspor Maluku Utara juga dilakukan bukan hanya melalui pelabuhan lokal, melainkan menyebar ke beberapa provinsi lain. Transaksi terbesar tercatat lewat pelabuhan Jakarta dengan nilai USD78,28 juta.
Kalau masih kecil dibandingkan tambang, ekspor sektor perikanan Maluku Utara menunjukkan tren positif.
Semester I 2025, produk kelautan seperti tuna, kepiting, dan udang menyumbang Rp77,45 miliar dengan volume mencapai 586 ton.
Tujuan ekspor meliputi Tiongkok, Thailand, dan Jepang, memperkuat sektor ekonomi berbasis kelautan.
Lonjakan ekspor membawa dampak multidimensi. Surplus dagang yang tinggi mendukung ketahanan ekonomi daerah serta meningkatkan pendapatan devisa.