MALUKUUTARA.DISWAY.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan pada November 2025, tercatat sebesar 104,38 atau turun 1,13 persen dari posisi 105,58 pada Oktober 2025.
Pelemahan ini menjadi perhatian karena mencerminkan tekanan ekonomi yang dirasakan petani lokal.
Penurunan NTP dipengaruhi dominan oleh tiga subsektor utama. Subsektor Hortikultura mencatat penurunan paling signifikan, yaitu sebesar 5,52 persen.
Komoditas seperti tomat dan cabai rawit menjadi penyebab utama turunnya harga yang diterima petani di bidang ini.
Subsektor lain yang menurun adalah tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,01 persen, serta subsektor peternakan turun 0,63 persen.
Berbeda dengan subsektor sebelumnya, subsektor tanaman pangan dan perikanan menunjukkan tren positif.
Tanaman pangan mengalami kenaikan tipis sekitar 0,18 persen, sementara subsektor perikanan mencatat kenaikan lebih nyata sebesar 0,69 persen yang menjadi penyokong kestabilan sebagian pendapatan petani dan nelayan.
BACA JUGA:Daya Beli Petani Malut Melemah, NTP Oktober 2025 Alami Penurunan
Faktor Kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani
Menurut Statistisi Ahli Madya BPS Maluku Utara, Evida Karismawati, komoditas seperti ikan cakalang dan sigaret putih mesin menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan indeks harga pembelian petani.
Sehingga ada tekanan biaya produksi yang harus diperhitungkan dalam perhitungan NTP.
Selain NTP, Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Maluku Utara pada November 2025 berada pada posisi 127,62 persen.
Sementara Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga mengalami penurunan sebesar 0,90 persen, dari 110,92 pada Oktober menjadi 109,91 pada November. Hal ini mengindikasikan tekanan tambahan pada kesejahteraan petani dan keluarganya.
BACA JUGA:Gairah Baru Petani Maluku Utara: NTP Naik, Positif Bagi Ekonomi Desa